20111023

Tambang di Samarinda Menewaskan (Lagi) 3 Bocah




13105238011592854624
foto. samarinda pos
Tambang  di Samarinda
Menewaskan  (Lagi)  3 Bocah

– Walikota Samarinda tidak bersikap tegas
BUKAN berita baru sebenarnya, tentang lubang-lubang tambang yang memakan korban (baca : menewaskan) manusia, terutama anak-anak. Karena lokasi tambang di Samarinda jaraknya sangat dekat dari pemukiman warga. Berita terbaru dari Kelurahan Sambutan Kecamatan Samarinda Ilir Kota Samarinda Kalimantan Timur. 3 anak tewas tenggelam di kolam bekas tambang batu bara milik PT Himco Coal, Kamis (7/7).
Ketiga korban itu adalah kakak beradik Junaidi (13), dan Ramadhani (11) serta tetangga mereka Miftahul Jannah (10),. Mereka sama-sama tinggal di Jalan Pelita 2, RT 5, Kelurahan Sambutan. Sebelumnya di kelurahan yang sama, lubang bekas tambang batu bara milik CV Limbuh merenggut nyawa seorang gadis.
Menurut salah seorang teman bermain korban, Ega, mereka bermain ke kolam di lokasi lahan yang tidak ada papan larangan itu bersama dengan tujuh anak lainnya sekitar pukul 12.00 siang.  Namun tidak semua anak yang mandi di kolam yang berukuran panjang sekitar 25 meter,  lebar 6 meter dan kedalaman sekitar 10 meter tersebut.
Ega bercerita, selain ketiga anak itu, dua anak lainnya Daffa dan Tasya sempat ditariknya ke pinggir kolam. ”Mimi (Miftahul Jannah, Red), Junai (Junaidi), Dani (Ramadhani tidak sempat saya tarik karena mereka berada agak di tengah kolam,” ujar Ega.
Setelah mengetahui teman mereka tenggelam, anak-anak lainnya berlarian meminta bantuan ke warga sekitar. Ketika warga dan orang tua korban ke lokasi bekas galian, tubuh Junai dan Dani sudah mengapung dan penuh lumpur. Jasad Mimi masih belum ditemukan. Warga termasuk Misnah, salah seorang anak meminta bantuan kepada salah seorang karyawan batu bara. Excavator akhirnya digunakan untuk membuat aliran air, untuk membuang air kolam. Setelah  excavator bekerja sekitar 30 menit,  baru jenazah  bocah perempuan tersebut berhasil ditemukan. Ketiga jenazah langsung dibawa keluarga ke rumah duka.
Ayah korban, Syahrul (52) menolak anaknya dioutopsi. Alasannya, nanti malah tambah rumit dan bikin repot. Lebih baik langsung dibawa pulang dan segera dimakamkan.
Begitupula dengan Masniah (40), ibu almarhum Miftahul Jannah. Jenazah anaknya langsung dibawa pulang ke rumah. Dia ingin menunggu suaminya yang bekerja di  Bengalon, Kabupaten Kutai Timur, yang jaraknya sekitar 250 km lebih dari Samarinda. Jenazah Junaidi dan Ramadhani langsung dimakamkan saat itu juga. Sedangkan jenazah Mimi hingga pukul 20.00 Wita belum dimakamkan karena menunggu ayahnya yang belum tiba dari Bengalon, Kutai Timur (Kutim).
Adanya korban jiwa akibat lubang bekas galian tambang yang tidak langsung ditutup ini ternyata  belum mengetuk sikap tegas Pemkot Samarinda untuk bertindak tegas menutup lokasi tambang yang dekat pemukiman penduduk dan telah lalai sehingga merenggut nyawa warga sekitar. Aparat kepolisian pun tak jelas cara bertindaknya. Sementara pihak Kejaksaan hanya garang berkoar-koar tentang dana jaminan reklamasi perusahaan tambang batu bara di koran-koran saja. Selain merenggut korban, aktivitas tambang batu bara yang telah berhasil membuat banyak lubang tersebut disebut-sebut juga menjadi penyebab banjir dan merusak jalan-jalan di kota Samarinda. =. *
13105236061290595551

Tidak ada komentar:

Posting Komentar