20111023

Selasa, 05 Mei 2009

Anak Berprestasi Itu Menangis di Kegelapan

Anak Berprestasi Itu Menangis di Kegelapan
* * Ditinggal mati bapak-ibu-adik, terancam buta & tak bisa ikut UN


UJIAN NASIONAL (UN) baru saja selesai. Bila pelajar lain yang harap-harap cemas menunggu kelulusan, berbeda halnya dengan Indra Djaya (15 tahun), siswa SLTP 21 kelas 3. Indra Djaya cemas menunggu harapan matanya yang kian hari kian kabur, dan terancam buta bila tidak segera dioperasi. Sejak bulan Nopember 2008 lalu, anak yang bercita-cinta jadi insinyur tehnik tersebut sudah tak bisa lagi bersekolah. Dan pihak sekolah pun tak pernah menengok anak yatim piatu tersebut, padahal jaraknya tak lebih dari 100 meter.
Indra Djaya adalah anak pertama dari dua bersaudara. Adiknya, Candra telah meninggal dunia tahun 2004 lalu. Adik satu-satunya itu tewas tenggelam di sungai karang mumus. Sebelumnya ibunya Tuti-- Saat itu ibunya berumur 36 tahun-- telah dipanggil Sang Pencipta, Allah SWT pada tahun 1999 lalu. Saat itu usia Indra baru berumur 6 tahun.. Di tahun itu dia mulai bersekolah. Waktu terus berjalan, baginya hidup harus jalan terus. Indra Djaya, memilih bersekolah di dekat rumahnya, SMP 21 jalan Tongkol. Dia bercita-cinta ingin menjadi insyur tehnik. Namun cobaan kembali datang, setelah adik satu-satunya, Candra ketika itu baru berumur 5 tahun menyusul sang ibu, tewas tenggelam di Sungai karang Mumus, bapaknya Edi Sunaryo bapaknya, 3 tahun yang lalu atau tahun 2007, juga meninggal dunia, karena sakit.
Kini, ketika anak-anak lain bisa bersekolah dan selesai mengikuti Ujian Nasional (UN), Indra yang seharusnya ikut UN hanya menangis di kegelapan. Dia tak bisa lagi bersekolah. Dia tak bisa lagi melakukan hobinya membaca. Karena pandangannya mulai kabur.
Menurut pamannya M. Masri, dia telah berupaya membawa Indra berobat ke Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM), pihak dokter di Samarinda tak sanggup untuk menyembuhkan. ‘’Tapi bukan berarti harapan itu tak ada. Dokter menyarankan agar Indra dibawa berobat ke Jakarta sebelum terlambat. Menurut dokter retina matanya sudah rusak, dan bisa mengalami kebutaan total bila lambat ditangani dokter yang ahli dan memiliki peralatan medis yang lengkap,’’ ujar Masri, yang didampingi Direktur Lembaga Informasi Kerakyatan (LINK) H Akhmad Zailani dan Sentun, aktifis Peduli Kesehatan Masyarakat.
Masri menyebutkan, sehari-hari Indra hanya duduk atau berbaring saja. Kadang, saat sendiri tersebut, dia melihat Indra menangis tanpa suara. ‘’Dia kadang menangis. Padahal saya tahu, anak itu mempunyai semangat besar untuk sekolah dan pantang berputus asa. Tapi mau bagaimana lagi. Itu pun saat menyekolahkan dia kami patungan antara keluarga,’’ ujar Masri.
Masri yang juga mantan Ketua Tim AMPERA Amins-Hadi Kelurahan Sungai Dama ini berkeinginan menyembuhkan Indra, yang dikenal pintar dan selalu ranking 5 besar ini. ‘’Dia harapan kami. Namun karena kami juga kurang mampu, bahkan untuk menyekolahkan dia kami kesulitan, apalagi membawa dia operasi mata ke Jakarta,’’ kata Masri prihatin.
Akhmad Zailani berharap pihak Pemerintah Kota Samarinda, khususnya Walikota Samarinda H. Achmad Amins bisa membantu memperhatikan warganya yang mengalami kesulitan tersebut. ‘’Kasihan, orang tuanya tidak ada lagi, juga saudaranya. Dia tinggal sama neneknya, sedangkan pamannya tidak mempunyai pekerjaan tetap. Kami berharap Bapak Walikota H Achmad Amins terketuk hatinya dengan membantu biaya pengobatan warganya. Anaknya pintar dan selalu ranking di sekolah. Bila dibiarkan berlarut-larut, mata Indra nantinya malah semakin sulit untuk sembuh,’’ kata Zailani prihatin.
Zailani juga yakin, Walikota Samarinda atau istrinya bila mengetahui ada warganya yang menderita begini pasti akan membantu. ‘’Kepedulian Pak Achmad Amins bukan hanya ada maunya atau ada kepentingan politik saja. Kalau ada warga yang kesusahan begini beliau pasti tanggap akan membantu,’’ imbuh Zailani.
Indra Djaya sendiri, tak banyak berbicara. Dia hanya duduk di kamar kecil rumahnya Jalan Tongkol Gang 2, dengan pandangan dari hari ke hari kian kabur dan gelap. Semangatnya untuk bersekolah tetap ada. Apakah matahari yang hampe hilang itu masih bisa dilihatnya kembali. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar