20111022

Misteri Naga

Misteri Naga


 


 
 
 
 
 
 
 
 
 

Naga sebagai mahluk yang mempunyai karma baik dan telah mencapai pembinaan kehidupan spiritual tahap tertentu, karena mereka telah melatih pembinaan spiritual yang sangat lama. Pencapaian spiritual yang lama ini menjadikan kaum naga memperoleh berkah dan kedudukan yang terhormat.

Pencapaian dan karma baik yang dimiliki kaum naga, menjadikan banyak naga yang mendapatkan kesempatan untuk mengabdikan dirinya secara langsung sebagai pendamping dan pelindung Buddha, Bhodisatva, dan para mahluk suci lainnya. Sering kita melihat gambar Bodhisatva Kwan-Im sedang berdiri diatas naga yang mengantarkan kemana Sang Dewi pergi.
Kaum naga memiliki berbagai macam ras yang berbeda-beda, dan setiap ras terbagi dalam dua gender yaitu lelaki dan wanita. Dimana naga lelaki mempunyai tanduk yang membesar dibagian atasnya, tetapi naga wanita mempunyai tanduk yang lebih ramping dan kadang mengecil dibagian atasnya.
Selain itu naga lelaki mempunyai janggut yang berkilauan seperti mutiara di dagu dan pada lehernya. Dan naga wanita akan tampak berbeda pada bentuk hidungnya, yang lebih lurus. Dagu dan lehernya tidak memiliki janggut.
Perlambangan energi naga pada Fung-Shui diakui energinya sebagai salah satu pelindung di sebelah kiri dan pembawa energi keberuntungan dengan perlambangan warna hijau atau biru. Sedangkan di sebelah kanan di lambangkan dengan energi macan. Penyatuan kedua energi yang saling melengkapi dapat membentuk suatu energi chi yang baik.
Pada aliran Fung-Shui yang melambangkan arah angin dan musim, dikenal dengan istilah Naga Biru. Yang berarti naga timur dan merupakan perlambangan dari musim spring, dan awal tahun. Macan putih yang berarti macan barat dan merupakan perlambangan arah barat.
Naga merupakan salah satu dari mahluk alam lain yang sangat unik dalam memilih lokasi. Mereka tidak akan sembarang, bahkan dapat dibilang benar-benar sangat berhati-hati dalam menilai dan memperhitungkan lokasi tempat kediamannya. Sehingga tempat dan lokasi yang disukai oleh kaum naga, biasanya akan memiliki energi chi yang sangat tinggi dan baik.
Kelebihan dari kaum naga ini, yang menjadikan kaum naga dikenal memiliki banyak energi berkah dan rejeki yang berlimpah dibandingkan mahluk lainnya. Sehingga beberapa Master Fung Shui yang dapat mengetahui keberadaan naga, akan mempertimbangkannya sebagai suatu kelebihan yang sangat positif.
Inilah beberapa contoh tempat yang lebih disukai oleh kaum naga:
1. Tempat dimana terdapat pohon yang pernah disambar petir dan terbakar.
2. Di laut pada bagian tengah teluk, biasanya ditandai dengan motif ombak yang seperti sisik naga.
3. Di dekat pinggir pantai yang terdapat banyak batu karang yang menonjol di permukaan laut.
4. Di danau yang tenang dan bersih di gunung ataupun di kaki gunung. Kelima, di dalam gua, dimana sering muncul pelangi di atas atau dari dalam mulut gua.
Karena pada umumnya tempat yang disukai Naga sangat erat hubungannya dengan elemen air. Maka naga banyak dihubungi dengan dewa hujan dan batara indra, dewa halilintar (li-kong). Hal ini erat hubungannya dengan cara fung-shui yang mempergunakan unsur air sebagai pembawa energi berkah dan kekayaan.
Untuk menjadi naga diperlukan pembinaan yang tidak mudah, dan waktu yang sangat lama. Salah satu jenis naga berasal dari ular air. Ular air bilamana telah bermeditasi selama 500 hingga 1000 tahun, akan berubah menjadi Ular-Ikan ( ½ Ular ½ Ikan) dimana kepalanya masih berupa ular, tetapi tubuhnya mulai membesar sedikit dan sisiknya membesar seperti ikan, juga ekornya mulai berupa ekor ikan.
Ular-Ikan ini bila melanjutkan meditasinya selama 500 tahun hingga 1000 tahun, maka akan berubah menjadi Ikan-Naga ( ½ Ikan ½ Naga ). Ikan-Naga mempunyai tubuh dan ekor seperti ikan, tetapi kepalanya membesar dan telah menyerupai kepala naga. Pada tahap ini ada juga yang telah menampakkan tanduk kecil di atas kepalanya.
Di Indonesia, Ikan-Naga ini banyak dijumpai di daerah pantai selatan pulau jawa dan bali, karena berkah yang dimiliki Ikan-Naga ini maka banyak penduduk setempat menghormati Ikan-Naga agar dapat diberikan hasil ikan yang berlimpah dan bebas dari wabah penyakit menular.
Ikan-Naga juga mempunyai unsur air yang sangat kuat, sehingga oleh masyarakat jawa di masa lampau banyak diundang sebagai energi yang dapat mencegah terjadinya kebakaran terlebih-lebih dimusim kemarau yang panjang.
Ikan-Naga yang melanjutkan meditasi selama 500 tahun hingga 1000 tahun, akan berubah menjadi Naga Tanpa Tanduk. Seluruh tubuhnya sempurna menjadi naga, dengan warna yang menyerupai biru kehijauan. Walaupun ada juga yang telah mempunyai tanduk, tetapi tanduk dikepalanya masih sangat kecil sekali.
Naga tanpa tanduk ini banyak di jumpai dalam hiasan kerajaan-kerajaan di tanah jawa pada masa lampau. Dimana energi yang terpancar dari naga tanpa tanduk dapat menambah pamor dan wibawa dari tempat yang di diaminya.
Naga Tanpa Tanduk akan menjadi Naga Bertanduk bilamana dapat bermeditasi selama 500 tahun hingga 1000 tahun lagi.
Naga Bertanduk mempunyai tanduk besar yang sempurna, dan ditumbuhi janggut panjang yang berkemilauan seperti pearl. Naga Bertanduk pada tingkat ini sebagian telah dapat terbang di angkasa tetapi kemampuan jangkauannya masih terbatas.
Dibutuhkan meditasi sedikitnya 1000 tahun untuk mencapai Naga Emas yang sempurna, tubuhnya dapat berubah warna seperti: cahaya emas, ataupun warna matahari. Naga Emas dapat terbang kesegala penjuru alam, walaupun tampaknya tidak mempunyai sayap. Adapula jenis naga lainnya yang tampak memiliki sayap di badannya.
Tidak banyak naga yang dapat mencapai tingkat Naga Emas. Salah satunya dapat kita lihat sebagai pengikut Bunda Mulia yang mengabdikan dirinya pada Bunda Mulia dan mendapat tugas untuk memegang dan menjaga Pusaka Stempel Perintah Bunda Mulia. Selain itu banyak pula naga-naga lainnya yang mengabdikan dirinya untuk menjaga dan menjunjung tinggi perintah Bunda Mulia.
Salah satu kursi tahta Bunda Mulia merupakan jelmaan dari 12 naga, dan jubah dan tongkat Kebesaran Bunda Mulia juga merupakan jelmaan dari naga-naga emas. Pada saat Bunda Mulia menampakkan dirinya di gunung Kun-Lun, 12 naga menjelma sebagai alas duduk Teratai Emas Bunda Mulia. Pada bagian atas Teratai emas Bunda Mulia tampak sinar putih bagaikan cahaya matahari dan sinar emas bagaikan cahaya rembulan. Cahaya ini merupakan sinar dari tubuh dan janggut naga yang menjelma sebagai Teratai Emas.
Masih banyak lagi kisah naga yang mengabdikan dirinya pada Bunda Mulia, Bodhisatva, pewaris ajaran dan murid Bunda Mulia. Hasil meditasi dan karma baik dari kaum naga, menjadikan kaum naga memiliki berkah dan energi rejeki yang luar biasa banyaknya. Hal ini membuat kaum naga banyak di hormati dan di berikan persembahan oleh manusia. Semua ini bertujuan, agar kiranya sang naga sudi melimpahkan berkah keberuntungan yang dimilikinya.
Kaum naga juga dapat mengerti bahasa burung dan binatang lainnya. Dimana ada suatu cerita legenda yang menjelaskan bilamana seseorang memakan hati naga, dia dapat mengerti bahasa binatang. Kepercayaan ini tidak hanya dipercayai oleh masyarakat China terdahulu, tetapi juga di indonesia. Cerita tentang hati naga yang menjadikan seseorang mengerti bahasa binatang juga dipercayai oleh penganut kepercayaan jawa kuno di Indonesia.
Kisah ini mungkin telah menjadi legenda di tanah jawa, kisah hati naga dapat dilihat pada cerita Aji Saka. Aji Saka merupakan orang pertama yang menginjak tanah jawa dan sebagai nenek moyang manusia di tanah jawa.

Misteri Penampakan Naga

Misteri Penampakan Naga



Foto yang diambil dari sebuah pesawat. (web screenshot)
Sosok naga telah merasuk ke dalam semua aspek kebudayaan Tiongkok kuno, dan telah menjadi simbol spiritual yang kuat bagi orang Tionghoa. Apakah naga benar-benar ada? Sejumlah buku sejarah Tiongkok telah mencatat beberapa kesaksian tentang keberadaan naga, yang membuat menarik untuk diteliti kembali apakah naga tersebut benar-benar ada.
Sebuah catatan untuk distrik Ye dari dinasti Qing, menyatakan: “Pada 1503 M [dinasti Ming, 16 tahun kekuasaan Kaisar Hongzhi], lima naga berterbangan sekitar 10 Li [3 mil] sebelah utara gerbang kota Ye, Provinsi Henan. Setelah lama melayang-layang, mereka jatuh ke tanah dan tidak mampu terbang lagi.
“Langit mendung, dan lautpun mulai bergolak. Dewa dengan busana hijau turun dari langit, dan segera dikelilingi oleh naga yang jatuh tersebut. Sesaat kemudian, awan mulai cerah dan laut tenang kembali. Lima naga itu masih tidak mampu terbang jauh. Pada saat itu pula Dewa dengan busana hijau lain turun, dan naga-naga tersebut merangkak mengelilingi Dewa itu. Awan dan kabut tebal muncul kembali. Ketika langit mulai cerah, Dewa serta kelima naga itu telah pergi.”
The Fortune, mencatat fenomena aneh, Pemerintah Daerah Jiaxing menceritakan kisah serupa: “Pada bulan September 1588 M, naga putih terlihat di danau Ping, wilayah Pinghu, Provinsi Zhejiang. Naga itu sedang terbang di atas danau, menerangi sebagian langit dengan cahaya merah.”
“Saksi mata Shen Maoxiao, seorang pejabat pencatat sejarah istana kerajaan, telah melihat Dewa berbusana ungu dengan mahkota emas, berdiri pada ketinggian lebih dari 30 meter [sekitar 98 kaki] diantara tanduk naga. Dewa ini sedang menghunus benda yang menyerupai pedang. Nampak pula selapis cahaya sebesar duo [sebuah wadah untuk ukuran orang Tionghoa] di bawah kepala naga tersebut.”
The Fortune, bagi daerah Songjiang mencatat sebuah kesaksian bahwa setelah 20 tahun penampakan naga putih di wilayah Pinghu, pada Juli 1608, naga putih yang nampak di Danau Ping ini, terlihat di Sungai Huangpu, wilayah Songjiang, Shanghai. Nampak pula dewa yang berdiri diatas kepala naga tersebut.
Seksi lima elemen dari Catatan Dinasti Han yang dikutip Seksi Catatan Fenomena Wilayah Luoyang, mencatat adanya penampakan naga di istana kekaiasaran. Liu Hong, kaisar dari dinasti Dong Han, yang kini menjadi ibukota Luoyang, Provinsi Henan; Istana Wenming yang kemungkinan di mana tempat ia tinggal.
Pada 1 Juli 178 M, benda hitam jatuh dari langit sebelah timur halaman istana Wenming. Benda itu berbentuk bulat mirip kanopi kereta kuno. Panjangnya lebih dari 20 meter (65 kaki) dan berputar dengan cepat serta mengeluarkan cahaya dengan warna berbeda. Benda itu memiliki kepala namun tidak memiliki kaki dan ekor. Nampak seperti seekor naga.
Seksi Lima Elemen dari Sejarah Dinasti Yuan menyatakan sebagai berikut: “Juli pada 27 tahun masa pemerintahan Kaisar Zhiyuan (Agustus 1290 M), di sana muncul seekor naga dekat gunung Long, di wilayah Linxong, Provinsi Shandong. Naga itu mampu mengangkat batu seberat setengah ton sambil melayang-layang di udara.”
Dalam 24 tahun pemerintahan Kaisar Jian’an pada Dinasti Dong Han (219 M), seekor naga kuning muncul di Sungai Chishui, kota Wuyang dan menetap di sana selama sembilan hari sebelum akhirnya menghilang. Sebuah kuil dibangun dan sebuah bilik didirikan di dalam kuil tersebut untuk menghormati penampakan naga itu.
Pada April, setahun pemerintahan Kaisar Yonghe, pada Dinasti Dong Jin (345 M), dua naga, hitam dan putih, muncul di Gunung Long (yang berarti Gunung Naga). Murong, Kaisar Kerajaan Yan, yang dipimpin sejumlah pejabat pengadilan pergi ke gunung tersebut, menyelenggarakan upacara pemujaan sekitar 600 kaki dari naga itu. 
Sejumlah kitab sejarah lokal dari dinasti Ming dan Qing juga mengulas adanya penampakan naga. Menurut “Catatan Pemerintah Daerah Linan,” pada 4 tahun masa pemerintahan Kaisar Chongzhen (1631 M), naga raksasa nampak di Danau Yilong (yang berarti Danau Naga Aneh), tenggara Wilayah Shiping, Provinsi Yunan.
Catatan ini menyatakan, “kumis, kaki dan sisik naga dengan panjang beberapa puluh meter ini berada di atas permukaan air.” Naga ini kemungkinan muncul lebih dari sekali di sekitar Gunung Long dan Danau Yilong.
“Perkembangan Catatan dari Dinasti Tang” mencatat bahwa satu hari dalam catatan akhir tahun pemerintahan Kaisar Xiantong, seekor naga hitam jatuh di wilayah Tongcheng dan tewas di sana dengan luka di tenggorokan. Panjang naga itu lebih dari 30 meter.
Ekor lempeng, sisiknya seperti sisik ikan, dengan kepala bertanduk dua. Memiliki kumis di sisi mulut yang panjangnya lebih dari 6 meter. Kakinya tumbuh di bawah perut, serta memiliki selaput merah yang menutupi bagian tubuhnya.
The Seven Books and Scriptures oleh Long Ying mencatat bahwa suatu hari tahun terakhir Chenghua, pada Dinasti Ming, seekor naga jatuh di pantai wilayah Xinhua, provinsi Guangdong. Naga itu dipukul hingga mati oleh nelayan setempat. Naga tersebut setinggi orang dewasa dengan panjang puluhan meter. Nampak seperti naga dalam lukisan klasik dimana perutnya berwarna merah.
Seekor naga mati ditemukan di Danau Taibai pada masa 32 tahun pemerintahan Kaisar Shaoxing dari Dinasti Nan Song (1162). Naga itu memiliki kumis panjang dan berukuran besar. Dengan punggung hitam dan perut berwarna putih. Sirip tumbuh pada punggung naga tersebut dan dua tanduk besar terdapat di kepalanya. Dapat mencium bau hingga jarak beberapa mil.
Masyarakat setempat menutupnya dengan tikar. Pemerintah kala itu mengirim orang-orang untuk melakukan pemujaan pada tempat tersebut. Namun, setelah semalaman terjadi hujan badai dengan petir menggelegar, naga tersebut menghilang. Hanya terdapat selokan pada tempatnya semula.
Sejarah Pemerintah Daerah Yongping mencatat bahwa, pada musim panas masa pemerintahan Kaisar Daonguang (1839), seekor naga jatuh dari langit di sepanjang hilir Sungai Luanhe, wilayah Laoting. Naga itu terbaring diam, dikerumuni lalat dan belatung. Masyarakat setempat membuat tempat berteduh untuk melindunginya dari cahaya matahari dan mereka juga memercikan air dingin ke arah tubuhnya. Tiga hari kemudian, setelah hujan badai tengah malam, naga itupun menghilang.

Penampakannya pada jaman modern

Beberapa peristiwa pada abad lalu juga menjadi pemikiran pandangan terhadap naga-naga tersebut.
Pada Agustus 1944, ratusan penduduk dari desa Chenjiayuanzi, wilayah Fuyu, selatan Sungai Songhuajiang, dikepung seekor hewan hitam pada tepian sungai. Yen Dianyuan, seorang saksi mata, mengatakan bahwa hewan tersebut panjangnya sekitar 7 meter dan nampak seperti kadal.
Rupanya hampir sama dengan naga pada lukisan klasik, dengan tujuh atau delapan kumis tebal. Tubuhnya bagian atas memiliki diameter sepertiga meter. Empat cakarnya tertancap dalam pasir. Sisiknya seperti sisik buaya menutupi seluruh badannya.
Pada musim panas tahun 1953, seekor hewan tak dikenal jatuh dari langit pada suatu tempat di selatan Provinsi Henan. Menurut uraian sejumlah saksi, hewan tersebut terlihat seperti hiu raksasa. Bau busuknya mengundang banyak lalat. Jika itu adalah seekor ikan hiu, ia seharusnya hidup pada laut dalam. Mengapa ia jatuh dari langit? Kasus ini kemungkinan terkait dengan sejumlah catatan sejarah tentang jatuhnya naga dari langit.
Pada 4 Agustus 2000 terjadi hujan lebat di desa Heishanzi, China dan setelah itu desa tersebut tertutup oleh lapisan uap panas. Tiba-tiba, awan tebal turun dari langit. Masyarakat di desa tesebut sangat ketakutan, karena mereka belum pernah menyaksikan cuaca seperti ini sebelumnya. Mereka tinggal di dalam rumah sambil menutup semua pintu dan jendela.
Seorang anak muda memutuskan keluar untuk melihat apa yang sedang terjadi. Tidak lama setelah ia keluar dari desanya, tiba-tiba ia tertegun oleh pemandangan dua ekor binatang seperti naga, satu hitam dan satunya putih, berbaring ditanah di depan matanya. Ia melihat bahwa tanduk, sisik, cakar dan ekor binatang itu persis sama dengan lukisan naga tradisional, kecuali kumisnya, terlihat lebih pendek. Ia berbalik dan berlari ke arah desa secepat mungkin, sambil berteriak,”Ayo lihat naga, datanglah melihat naga yang jatuh dari langit!”
Berita itu dengan cepat tersiar ke seluruh wilayah. Polisi, pejabat pemerintahan dan sejumlah ilmuwan bergegas melakukan penyelidikan. Polisi membubarkan kerumunan dan hanya beberapa orang yang ditugaskan untuk menjaga hewan tersebut.
Kemudian, hembusan angin kencang membuat awan gelap bergulung naik-turun. Ketika peristiwa itu berlalu, hewan berwarna putih itu menghilang dari pengawasan para penjaga. Para penjaga tidak dapat menjelaskan bagaimana hilangnya dan mereka frustasi karena yang hitam masih tergeletak.
Seorang petani mengatakan, “Saya pernah mendengar peristiwa seperti ini terjadi beberapa tahun yang lalu dan seluruh masyarakat menyiramkan air ke arah naga itu, yang membuat mereka kembali pulang.” Ia meminta kepada beberapa pemuda desa untuk mengambil tikar dan mereka mendirikan tempat berteduh bagi hewan tersebut. Mereka kemudian menyemprotkan air di atas tikar agar dapat menetes dari tikar itu. Pada Desember 2000, hewan itu masih hidup.
18 September 2000, pukul 6:10, pada saat langit mulai gelap, di kota Wusong, Provinsi Jilin, seberkas cahaya yang tidak seperti biasanya, melesat dari arah barat laut yang dengan tiba-tiba menjadikan terang dan berwarna-warni kota tersebut. Kemudian, makhluk seperti naga muncul. Mulut, kumis, cakar dan sisik semua terlihat dengan jelas. Naga itu terlihat lebih dari 20 menit. Akhirnya, cahaya merah terang itu, redup dalam kegelapan, sebelum perlahan menghilang.
Apakah naga-naga ini hanya imajinasi dalam dunia spiritual atau apakah mereka memiliki keberadaan fisik? Kini, segalanya merupakan misteri bagi kita semua. (EpochTimes/sua)

Naga

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Bananagaan yaitu ukiran naga-nagaan yang didistilir dipakai dalam bentuk ukiran Sungkul Atap pada Rumah Banjar.
'Naga ialah sebutan umum untuk makhluk mitologi yang berwujud reptil berukuran raksasa. Makhluk ini muncul dalam berbagai kebudayaan. Pada umumnya berwujud seekor ular besar, namun ada pula yang menggambarkannya sebagai kadal bersayap.

India

Istilah naga merupakan kata serapan dari bahasa Sansekerta atau India kuno yang bermakna "ular". Dalam naskah Mahabharata dikisahkan bahwa para Naga merupakan anak-anak Resi Kasyapa dari perkawinannya dengan Dewi Kadru. Nama-nama mereka yang terkenal antara lain Sesa, Taksaka, Basuki, Karkotaka, Korawya, dan Dritarastra. Bangsa Naga yang berjumlah ribuan memiliki dua orang sepupu berwujud burung dan disebut sebagai bangsa Kaga. Keduanya bernama Aruna dan Garuda, yang merupakan putra dari Dewi Winata yang juga dinikahi Resi Kasyapa. Dengan demikian, hubungan antara Naga dengan Kaga selain sebagai sepupu juga sebagai saudara tiri. Meskipun demikian hubungan mereka kurang baik dan sering terlibat perselisihan. Di antara para Naga ada pula yang menjadi dewa, yaitu Sesa, yang tertua di antara putra Kadru. Ia memisahkan diri dari adik-adiknya dan hidup bertapa menyucikan diri. Ia akhirnya diangkat sebagai dewa para ular, bergelar Ananta.

Cina

Lukisan naga versi Cina.
Dalam tradisi Cina juga terdapat makhluk bernama Liong atau Lung yang umumnya diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan istilah naga. Makhluk ini digambarkan sebagai ular berukuran raksasa, lengkap dengan tanduk, sungut, dan cakar, sehingga berbeda dengan naga versi India.
Naga versi Cina dianggap sebagai simbol kekuatan alam, khususnya angin topan. Pada umumnya makhluk ini dianggap memiliki sifat yang baik selama ia selalu dihormati. Naga dianggap sebagai penjelmaan roh orang suci yang belum bisa masuk surga. Biasanya roh orang suci menjelma dalam bentuk naga kecil dan menyusup ke dalam bumi untuk menjalani tidur dalam waktu lama. Setelah tubuhnya memebesar, ia bangun dan terbang menuju surga.
Sebagian ilmuwan berpendapat, naga Cina merupakan makhluk khayal yang diciptakan oleh masyarakat zaman dahulu akibat penemuan fosil dinosaurus. Makhluk ini juga dikenal dalam kebudayaan Jepang dengan istilah Ryuu.
Naga di dalam shio memiliki arti kebenaran. Arti lain adalah perlindungan dan keperkasaan. Shio naga ada pada tahun 2000, 1988, 1876, 1964, 1952, 1940 . Shio naga memiliki kemampuan mulut yang baik dan sayangnya sering membuatnya celaka.

Kalimantan

Menyunting Naga
Naga dalam budaya Kalimantan, kususnya suku Dayak dan suku Banjar dianggap sebagai simbol alam bawah. Naga digambarkan hidup di dalam air atau tanah dan disebut sebagai Naga Lipat Bumi. Naga merupakan perwujudan dari Tambun yaitu makhluk yang hidup dalam air.
Menurut budaya Kalimantan, alam semesta merupakan perwujudan "Dwitunggal Semesta" yaitu alam atas yang dikuasai oleh Mahatala atau Pohotara, yang disimbolkan enggang gading (burung), sedangkan alam bawah dikuasai oleh Jata atau Juata yang disimbolkan sebagai naga (reptil). Alam atas bersifat panas (maskulin) sedangkan alam bawah bersifat dingin (feminim). Manusia hidup di antara keduanya.
Dalam budaya Banjar, alam bawah merupakan milik Puteri Junjung Buih sedangkan alam atas milik Pangeran Suryanata, pasangan suami isteri yang mendirikan dinasti kerajaan Banjar. Setelah berkembangnya agama Islam, maka oleh suku Banjar alam atas dianggap dikuasai oleh Nabi Daud, sedangkan alam bawah dikuasai oleh Nabi Khidir Dalam arsitektur rumah Banjar, makhluk naga dan burung enggang gading diwujudkan dalam bentuk tatah ukiran, tetapi sebagai budaya yang tumbuh di bawah pengaruh agama Islam yang tidak memperkenankan membuat ukiran makhluk bernyawa, maka bentuk-bentuk makhluk bernyawa tersebut disamarkan atau didistilir dalam bentuk ukiran tumbuh-tumbuhan.

Eropa

Lukisan naga versi Eropa.
Mitos dan dongeng rakyat tentang naga juga telah tumbuh di dunia Barat sejak berabad-abad silam. Naga di dunia Barat digambarkan sebagai kadal besar dengan 2 tangan dan 2 kaki yg memiliki sayap begitu besar, juga memiliki kemampuan untuk menyemburkan lidah-lidah api dan digambarkan memiliki gua bawah tanah. Naga seperti ini adalah naga yang terlihat dalam film Harry Potter and the Goblet of Fire'. Naga ini selalu digambarkan memangsa manusia.

 


Sepasang Naga di Sungai Mahakam- Kalimantan Timur


Sepasang Naga di Sungai Mahakam- Kalimantan Timur
|


DOK/HO
Gambar naga ini diambil oleh motoris longboat yang hendak mudik ke Long Pahangai, Kutai Barat.


MASYARAKAT  Kutai Barat- Kalimantan Timur-Indonesia,  khususnya warga Mahakam Ulu, digemparkan kemunculan sepasang ular raksasa sebesar drum atau berdiameter sekitar 60 sentimeter dengan panjang sekitar 40 meter. Ular raksasa itu terlihat meliuk di permukaan air di Riam Haloq, Kampung Long Tuyoq, Kecamatan Long Pahangai.

Ular raksasa yang melintas di sungai itu diyakini masyarakat Suku Dayak sebagai naga. Berdasarkan informasi yang dihimpun Tribun, sebenarnya peristiwa kemunculan naga terjadi Jumat (29/1/2010).

Saat itu sebuah longboat berangkat dari Long Bagun menuju Long Pahangai. Longboat tiba siang hari di Kampung Long Tuyuq, hulunya Riam Haloq. Saat itulah motoris dan penumpang longboat melihat sepasang ular raksasa melintas di permukaan Sungai Mahakam dari arah berlawanan.

Begitu mengetahui sepasang naga lewat, motoris langsung menepikan longboat ke tepi sungai karena khawatir menjadi korban. "Ternyata kedua naga itu berjalan terus dan tidak merasa terganggu dengan kehadiran longboat," tutur Dodik, yang mendengar cerita dari keluarganya di Mahakam Ulu.

Setelah itu, motoris dan beberapa penumpang langsung mengambil gambar menggunakan ponsel berkamera karena menganggap itu sebuah momen langka. Di wilayah Kubar sendiri foto ular raksasa itu telah tersebar dan masyarakat menjadi heboh.

Menurut seorang warga Kampung Lutan, Kecamatan Long Hubung, sebenarnya ada dua naga yang terlihat. Satu naga diyakini berjenis jantan karena di kepalanya ada dua tanduk dan naga betina karena tidak ada tanduknya. Kedua binatang itu memiliki empat kaki, warna kulit hitam dengan panjang sekitar 40 meter dan diameter tubuh sekitar 60 sentimeter.

Ia menambahkan, sebelumnya di Long Tuyoq bahkan ada seorang warga dan anaknya yang sedang berburu babi melihat ular raksasa tersebut. Saking kagetnya, sang anak sampai tidak bisa berbicara hingga kini.

Menurut kepercayaan masyarakat setempat, kemunculan naga bagi Suku Dayak adalah sebuah pertanda, yakni pemberitahuan akan turun hujan lebat yang diiringi banjir yang terjadi tiga hari setelah kemunculan ular raksasa. Hal itu lebih meyakinkan karena sejak Senin (1/2/2010) hingga Rabu (3/2/2010), air Sungai Mahakam meluap dan mengakibatkan banjir yang melanda beberapa kecamatan di sepanjang Sungai Mahakam, di antaranya Long Bagun, Laham, Long Hubung, Long Iram, Tering, Melak, Muara Pahu, Penyinggahan, dan Mook Manaar Bulatn.

Sulit akses
Kampung Long Tuyoq terletak di Kecamatan Long Pahangai. Memiliki luas 126,95 kilometer persegi dan dihuni mayoritas Suku Dayak Bahau Busang. Mereka tinggal di sepanjang Sungai Mahakam dengan mata pencarian sebagai petani tadah hujan, karet, vanili, berburu, dan penambang emas tradisional.

Long Tuyoq merupakan daerah yang terpencil sehingga akses menuju ke sana cukup sulit. Dari Samarinda jika menggunakan pesawat kecil DAS, membutuhkan waktu 1 jam hingga di Datah Dawai. Setelah itu harus melanjutkan perjalanan dengan ketinting menuju hilir Sungai Mahakam, membutuhkan waktu sekitar 2 jam. Jika menggunakan longboat butuh waktu 1 jam.

Sementara jika menggunakan kapal motor (taksi air) dari Samarinda menuju Long Bagun membutuhkan waktu dua hari. Dari Long Bagun dilanjutkan dengan menggunakan speedboat, tarifnya Rp 500.000 per orang, sedangkan longboat Rp 400.000 per orang.

Butuh waktu 12 jam dari Long Bagun sampai di Long Tuyoq. Jalur sungai yang dilewati penuh tantangan dan risiko karena harus menghadapi keganasan riam-riam yang ada di sepanjang Sungai Mahakam. Riam yang dikenal paling ganas adalah Riam Panjang dan Riam Udang, di sana terdapat batu-batu karang yang tajam serta pusaran air yang siap menelan perahu jika tak berhati-hati melintas. Di kanan-kiri Sungai Mahakam menuju Kampung Long Tuyoq ditumbuhi pohon-pohon besar seukuran tubuh kerbau.

Ular 33 meter
Sebelumnya, pada Februari 2009, Kalimantan juga bikin heboh dunia saat muncul sebuah foto udara yang memperlihatkan ular raksasa tengah melintas di sebuah sungai di Sarawak, Malaysia. Ular raksasa itu berenang di Sungai Baleh, Sibu, Serawak, bagian utara Kalimantan.

Sebuah foto ular raksasa terlihat berenang melenggak-lenggok di sebuah sungai tropis yang dikelilingi oleh hutan gambut. Ular berwarna hitam itu sangat besar, hampir memenuhi sungai yang terletak di tengah-tengah hutan rawa yang rimbun. Air beriak di kiri kanannya. Kabarnya, foto itu diambil dari sebuah helikopter, 11 Februari 2009.

Foto itulah yang menjadi perdebatan. Kalimantan memang memiliki ular-ular raksasa.  Namun, selama ini ular yang besar yang baru ditemukan adalah sejenis sanca atau piton atau masyarakat Kalimantan menyebutnya ular sawah, yang panjangnya belasan meter.

Namun, ular yang terlihat di foto dan beredar luas di internet, termasuk Youtube, itu jauh lebih panjang dan besar dibandingkan dengan temuan piton. Diperkirakan panjangnya 100 kaki atau sekitar 33 meter.

Gambar tersebut diambil oleh anggota tim wilayah bencana banjir yang kemudian diterbitkan oleh Utusan Sarawak, sebuah koran lokal. New Straits Times di Kuala Lumpur juga memuat foto tersebut, yang kemudian dirilis oleh The Telegraph, Inggris.

Ada juga yang tidak memercayai foto itu dan menganggapnya rekayasa semata. Hal itu karena terlalu jauhnya pengambilan gambar ular tersebut. Benar atau tidak, foto itu sudah membuat masyarakat di sekitar Serawak, khususnya Sibu, ketakutan sebab sungai itu merupakan urat nadi transportasi masyarakat selama ini.
Berdasarkan legenda yang hidup di masyarakat setempat, memang dipercaya tentang adanya ular besar di kawasan tersebut yang bernama Nabau. Menurut kepercayaan, Nabau merupakan ular dengan panjang 80 meter dengan kepala naga dan tujuh lubang hidung. Masyarakat desa yang tinggal di Sungai Baleh Borneo memercayai makhluk mistik tersebut. Selain itu, masyarakat memang sering melihat ular-ular besar di kawasan itu.

Nah, bila kedua foto itu asli, apakah ular yang terlihat itu sejenis piton atau anaconda? Hingga kini memang belum ditemukan adanya anaconda di Kalimantan.

Rekor ular terpanjang saat ini memang anaconda (eunectes) dari Amazon. Anaconda merupakan keluarga boa. Panjang anaconda yang terbaru ditemukan adalah 50 kaki, tetapi para ilmuwan percaya ada anaconda yang panjangnya 80 kaki, bahkan 100 kaki dari temuan kulit ular tersebut oleh sebuah ekspedisi ilmuwan Inggris tahun 1992. Dalam keluarga anaconda, menurut situs lingkungan Mongabay, yang terbesar adalah anaconda hijau (Eunectes murinus). Panjangnya mencapai 43 meter.

Piton Asia adalah ular terpanjang kedua. Ilmuwan menyebutnya Asiatic reticulated python (Python reticulatus). Piton terpanjang yang ditemukan di kawasan Kalimantan panjangnya 33 kaki dan merupakan rekor dunia sanca terpanjang saat ini. Para ilmuwan percaya panjang piton bisa mencapai 50 kaki atau sekitar 15 meter.

Bedanya, anaconda lebih langsing dan ahli berenang. Sementara piton lebih gemuk dan hanya suka kelembaban, bukan di air. Anaconda menggigit mangsanya sampai mati sebelum menelan, sementara piton menggunakan kekuatannya dengan membalut mangsa sampai tulang-belulangnya hancur atau tak bergerak lagi, kemudian ditelan bulat-bulat.

Awal Februari tahun lalu, para ilmuwan juga menemukan fosil ular seberat sebuah mobil kecil. Ular itu diperkirakan bisa melumat binatang seukuran sapi. Monster sepanjang 45 kaki bernama Titanoboa ini sangat besar dan hidup dengan memakan buaya dan kura-kura raksasa. Beratnya mencapai 1,25 ton. Ia biasa merayap di sekitar hutan-hutan tropis Amerika Selatan 60 tahun silam. (alex pardede/tribunkaltim cetak)
Sumber :
Tribun Kaltim

Inbox: Foto penampakan naga di langit Parangtritis?

Inbox: Foto penampakan naga di langit Parangtritis?

Email di bawah ini dikirim oleh Dent Cust kepada enigma. Isinya mengenai penampakan objek yang mirip dengan badan ular di langit pantai Parangtritis.

Salam sejahtera...

Saya mendapat kiriman foto di account FB. Foto ini sangat menarik dan diasumsikan sebagai penampakan naga tunggangan nyi Roro Kidul karena kebetulan foto ini diambil di pantai Parangtritis, Jogja, dan bertepatan dengan sebuah acara spiritual keagamaan.
Meski begitu, saya ragu setelah sering baca berita aneh-aneh di enigma. Untuk itu saya mohon bantuan anda untuk memecahkan misteri alam ini. Foto ini diambil pada tanggal 22 juli 2010 dan belum diedit. Terimakasih untuk bantuannya.
Di bawah ini adalah foto yang telah saya atur kontrasnya:

Ini bukan pertama kalinya terjadi penampakan di langit yang diasosiasikan dengan ular atau naga. Mungkin yang paling baru adalah kehebohan yang tercipta setelah harian epochtimes memberitakan munculnya "seekor naga" di langit kota Jilin, Cina, seperti yang terlihat di foto berikut ini.

Ketika melihatnya, saya yakin kebanyakan dari kalian TIDAK akan melihat seekor naga. Kalian mungkin hanya mengidentifikasikannya sebagai sebuah formasi awan dan cahaya matahari.

Namun, saya tidak akan heran jika masyarakat Cina menganggapnya sebagai penampakan seekor naga. Soalnya, kebudayaan atau kepercayaan seseorang akan sangat mempengaruhi cara mereka menilai sesuatu. Karena naga adalah makhluk mitologi yang sangat dihormati di Cina, maka formasi-formasi awan itu akan terlihat seperti naga bagi mereka.

Dalam kasus foto di pantai Parangtritis, hal yang sama juga terjadi. Pada saat itu terjadi upacara keagamaan. Lalu lokasi penampakannya adalah di pantai Parangtritis yang memiliki legenda dan kepercayaan yang sangat kuat mengenai Nyi Roro Kidul yang disebut memiliki tunggangan seekor naga. Dengan kondisi yang mendukung seperti ini, tidak heran kalau objek itu dianggap sebagai seekor naga.

Hal yang sama juga pernah terjadi ketika awan panas Merapi terlihat membentuk kepala Petruk.

Jika foto itu diambil di atas kota Jakarta, dan bukan di Parangtritis, mungkin ia akan dinilai secara berbeda. Demikian juga bagi kalian yang tidak mengadopsi kepercayaan mengenai Nyi Roro Kidul. Mungkin kalian hanya akan melihatnya sebagai sebuah formasi awan yang unik.

Jika foto itu bukan foto naga tunggangan Nyi Roro Kidul, lalu foto apakah itu?

Awan?

Kalau itu awan, pernahkah kalian melihat formasi awan berbentuk tabung yang seindah itu?

Belum pernah?

Saya juga belum pernah. Tetapi, sebenarnya ada jenis awan yang mirip dengan apa yang terlihat di foto itu, yaitu awan Morning Glory.

Awan morning glory adalah sebuah fenomena alam yang sangat langka. Ia pernah terlihat di banyak lokasi berbeda di seluruh dunia, namun hanya di bagian utara teluk Carpentaria di Australia dimana awan jenis ini dapat diprediksi dan diobservasi.


Awan morning glory memiliki bentuk seperti gulungan/tabung yang panjangnya bisa mencapai hingga 1.000 kilometer dengan ketinggian 1 hingga 2 kilometer. Bahkan, kadang ia bisa berada pada ketinggian hanya sekitar 100 hingga 200 meter dari permukaan bumi. Awan ini juga bergerak dengan kecepatan sekitar 60 kilometer perjam.

Umumnya formasinya hanya terdiri dari satu awan, namun, kadang bisa mencapai hingga delapan gulungan awan.


Walaupun fenomena awan ini biasa terjadi setiap tahun di teluk Carpentaria, para ilmuwan masih belum mengetahui secara pasti bagaimana awan indah ini bisa terbentuk. Sebagian percaya kalau awan ini mungkin terbentuk akibat tiupan angin laut dari barat yang lebih kuat dan hangat dibandingkan angin timur. Ketika angin barat ini menggulung angin timur, terbentuklah awan Morning Glory.

Lalu, pertanyaannya, apakah yang terlihat di foto Parangtritis itu adalah formasi awan Morning Glory?

Saya tidak bisa memastikannya. Soalnya foto itu tidak memiliki patokan landscape darat yang membuat kita sulit untuk melihat ketinggiannya.

Tetapi jika kalian menanyakan pendapat saya, maka menurut saya, kalaupun itu bukan awan morning glory, saya percaya apa yang terlihat di foto itu hanyalah formasi awan biasa yang kebetulan terlihat seperti badan ular (karena efek pareidolia), bukan penampakan seekor ular naga.

Formasi awan-awan yang kebetulan terlihat seperti seekor makhluk adalah hal yang biasa terjadi, walaupun cukup langka. Coba lihat foto-foto di bawah ini, apakah mirip dengan ular?


Sebenarnya misteri foto Parangtritis dan foto naga Jilin bisa terpecahkan dengan mudah jika para saksi juga memberikan informasi mengenai lama penampakan dan bagaimana citra itu menghilang. Jika kedua "naga" yang ada di foto Parangtritis atau Jilin menghilang perlahan-lahan dengan berubah menjadi bentuk yang tidak teratur, maka bisa dipastikan kalau kedua "naga" itu sesungguhnya hanyalah formasi awan biasa.

Namun jika kedua "naga" tersebut bergerak seperti ular, maka mungkin itu memang naga yang sesungguhnya.

Selain itu, dalam kasus foto Parangtritis, sang pemotret seharusnya juga mengambil foto lain yang memperlihatkan ujung "naga" tersebut. Jika tidak, maka foto ini bisa dengan mudah dianggap memenuhi unsur rekayasa photoshop (warna "naga" yang berbeda dari warna sekitarnya cukup menarik).

Namun, paling tidak, kalaupun objek itu bukan rekayasa dan memang awan, maka kita pun bisa menyebutnya sebagai sebuah "mukjizat" karena muncul pada lokasi dan waktu yang tepat.

Sekali lagi, saya tidak akan memutuskan untuk kalian apa yang harus kalian percayai karena mungkin kita memiliki budaya dan kepercayaan yang berbeda.

Nah, sebelum saya mengakhiri tulisan ini, mari kita bermain-main dengan pareidolia. Saya ingin menunjukkan sebuah foto kepada kalian. Ini dia:


Bisakah kalian memberitahukan kepada saya apa yang kalian lihat?

(wondermondo.com, theepochtimes.com)

Fenomena misterius di langit Xian - UFO, Naga atau sesuatu yang lain?


Fenomena misterius di langit Xian - UFO, Naga atau sesuatu yang lain?

Pada tanggal 1 September 2010, sesuatu yang menarik terjadi di langit kota Xian, Cina.


Pada tanggal itu, cahaya-cahaya putih misterius terlihat bergerak menari-nari di langit Xian yang gelap. Awan gelap yang menggantung pada saat itu menambah kadar kemisteriusannya.

Fenomena yang luar biasa ini disaksikan oleh ratusan orang dan diberitakan oleh media-media setempat.

Sebagian orang beranggapan kalau cahaya itu adalah armada UFO yang sedang berkeliaran di balik awan. Sebagian lain beranggapan kalau seekor naga mistik sedang terbang di balik awan kota Xian.

Bagi saya sendiri, ketika menyaksikannya, saya segera teringat dengan sebuah adegan di film-film horor dimana roh-roh jahat terlihat melayang-layang di angkasa.

Mungkin kalian punya pendapat yang berbeda.

Peristiwanya terjadi pada tanggal 1 September 2010 sekitar pukul 21:10 di barat daya kota Xian.

Deskripsi pada video youtube yang dikuti dari harian China Daily menyebutkan:
Di langit yang berawan, tiba-tiba muncul sekitar 8 atau 9 bulatan bercahaya yang kemudian membentuk tiga kelompok. Masing-masing kelompok bergerak membentuk lingkaran. Lima menit kemudian, bulatan-bulatan tersebut memecah dan membentuk dua kelompok. Masing-masing kelompok membentuk sebuah garis yang memotong kelompok lain hingga akhirnya membentuk huruf X di langit malam.

Beberapa detik kemudian, sebagian besar bulatan terlihat semakin terang. Lalu, bulatan-bulatan itu kembali memisahkan diri dan kembali membentuk pola seperti tadi.

Banyak penduduk Xian menyaksikan peristiwa tersebut yang terjadi tepat di atas ruas jalan yang cukup ramai.

Salah seorang saksi bernama Mr.Jiang berkata: "Objek-objek itu tetap berkumpul dan terus bergerak. Ketika berpisah, mereka terbang paling jauh berjarak 100 meter satu dengan yang lainnya."

Saksi lain bernama Ms.Chan yang ikut menyaksikannya berkata: "Objek-objek tersebut berbentuk seperti naga dan banyak terekam oleh ponsel."
Berikut rekaman fenomena tersebut yang diambil dari pemberitaan salah satu stasiun televisi:

(link youtube)

Mungkin kita segera menyimpulkannya sebagai Hoax. Tetapi, ada rekaman lain yang memperlihatkan fenomena tersebut dengan lebih jelas:

(link youtube)

Untuk melihat signifikansi fenomena ini, kalian harus memutar rekaman tersebut. Namun bagi kalian yang tidak bisa memutarnya, ini screen shot dari rekaman pertama:


Dan ini screen shot dari rekaman kedua.

Jadi, fenomena apa yang sedang terjadi sebenarnya?

Awan tidak bergerak seperti itu dan secepat itu.

UFO
?

Naga?

Roh-roh jahat di udara?

Atau sesuatu yang lainnya?

Lampu sorotkah?

Jika kita melihat bagaimana cahaya itu menari-nari di langit, kita memang melihat kemiripannya dengan refleksi cahaya lampu sorot.

Jika sebuah lampu sorot ditembakkan ke langit dan membentur awan, ia akan membentuk bulatan bercahaya seperti foto di bawah ini.

Namun masalahnya adalah, pada kasus Xian kita tidak bisa melihat jalur cahaya vertikalnya sehingga penjelasan lampu sorot menjadi tidak mungkin. Lagipula agak aneh kalau kita beranggapan warga Xian tidak bisa mengenali cahaya lampu sorot ketika melihatnya.

Ada lagi yang beranggapan kalau cahaya tersebut mungkin berasal dari layang-layang berlampu atau helikopter. Namun cahaya pada rekaman tersebut terlihat seperti berasal dari balik awan dan rasanya mustahil ada layang-layang atau helikopter yang terbang melebihi ketinggian awan.

Yang lain lagi percaya kalau cahaya-cahaya tersebut adalah refleksi lampu mobil pada awan rendah. Ini pun terdengar cukup mustahil. Bagaimanapun rendahnya segumpal awan, sepertinya masih terlalu tinggi untuk bisa merefleksikan cahaya-cahaya dari bumi.

Jadi, darimanakah cahaya-cahaya misterius itu berasal?

Atau apakah identitas cahaya-cahaya itu sebenarnya?

Bagaimana pendapat kalian?

cerita naga : Legenda Naga Cina dan penampakannya di dalam sejarah


Legenda Naga Cina dan penampakannya di dalam sejarah

Naga, makhluk mitologi paling terkenal di dunia. Seluruh dunia memiliki legendanya masing-masing. Namun tidak bisa disangkal kalau Naga dari legenda Cina adalah yang paling menarik. Mungkinkah makhluk terbang bertubuh ular, bertanduk dan memiliki cakar itu benar-benar ada?


Di Eropa, naga selalu dilambangkan sebagai makhluk yang jahat. Namun, bagi masyarakat Cina, naga melambangkan kekuatan dan kekuasaan. Begitu besarnya penghormatan bangsa Cina kepada makhluk ini sehingga kaisar-kaisar yang gagah perkasa dengan bangga mengenakan gambar naga sebagai simbol mereka.

Bagi bangsa Cina, naga adalah salah satu dari empat makhluk spiritual yang mendapat penghormatan tertinggi. Tiga makhluk lainnya adalah Phoenix, Qilin (Kirin) dan Kura-kura. Namun diantara semuanya, naga adalah yang paling perkasa.

Karakteristik Naga dan angka 9
Di dalam mitologi Cina, naga memiliki kaitan yang sangat erat dengan angka "9". Misalnya, Naga Cina sesungguhnya memiliki 9 karakteristik yang merupakan kombinasi dari makhluk-makhluk lainnya.

1. Ia memiliki kepala seperti unta
2. Sisiknya seperti ikan
3. Tanduknya seperti rusa
4. Matanya seperti siluman
5. Telinganya seperti lembu
6. Lehernya seperti ular
7. Perutnya seperti tiram
8. Telapak kakinya seperti harimau
9. Dan Cakarnya seperti rajawali.

Selain 9 karakteristik itu, naga di dalam mitologi Cina disebut memiliki 9 orang anak yang juga memiliki karakteristik yang berbeda-beda.

Ia juga memiliki 117 sisik. 81 diantaranya memiliki karakter Yang (Positif) dan 36 lainnya memiliki karakter Yin (Negatif).

Pada umumnya, naga Cina memiliki tiga atau empat cakar di masing-masing kaki. Namun kerajaan Cina menggunakan lambang naga dengan lima cakar untuk menunjukkan kalau sang Kaisar bukan naga biasa. Lambang ini kemudian menjadi lambang ekslusif yang hanya boleh digunakan oleh sang kaisar. Siapapun yang berani menggunakan lambang naga dengan 5 cakar akan segera dihukum mati.


Empat Jenis NagaDalam literatur Cina, paling tidak ditemukan lebih dari 100 nama naga yang berbeda-beda. Namun, untuk mudahnya, Naga Cina biasanya hanya digolongkan ke dalam empat jenis, yaitu:
  1. Tien Lung atau Naga Langit yang bertugas menjaga istana para dewa.
  2. Shen Lung atau Naga Spiritual yang berkuasa atas angin dan hujan
  3. Ti Lung atau Naga Bumi yang berkuasa atas air di permukaan bumi
  4. Fucang Lung atau Naga dunia bawah bumi yang bertugas menjaga harta karun yang ada di dalamnya.
Empat jenis naga tersebut mungkin berbau spiritual, tetapi seperti yang saya katakan di atas, masih ada sekitar 100 nama naga lainnya.

Dari sekitar 100 nama ini, terlihat kalau Naga Cina sebenarnya tidak selalu berhubungan dengan makhluk spiritual. Bisa jadi, naga tersebut adalah hewan yang memiliki fisik yang nyata.

Karena itu, kita harus memisahkan antara Naga Spiritual dengan Naga sebagai hewan yang nyata.

Naga Cina dan CryptozoologyMisalnya, Jiao Lung atau Naga Buaya. Naga jenis ini tidak bertanduk dan disebut sebagai pemimpin dari hewan-hewan air. Berdasarkan namanya, memang ada kemungkinan kalau naga jenis ini adalah seekor buaya. Penyebutan ini paralel dengan sebutan Komodo Dragon yang menggunakan nama naga untuk menyebut makhluk reptil raksasa Komodo. Nama ini jelas menunjukkan kalau Naga Cina tidak selalu berarti makhluk terbang bertubuh ular, bertanduk, bersungut dan bercakar.

Contoh lainnya adalah Pan Lung atau Naga Spiral. Naga jenis ini berdiam di danau dan belum bisa naik ke langit untuk menjadi makhluk spiritual. Naga jenis ini bisa jadi merujuk kepada makhluk air serupa ular atau belut. Contohnya adalah Oarfish (yang hidup di laut) yang memiliki karakteristik cukup unik sehingga orang sering membandingkannya dengan naga Cina.


Ada kemungkinan kalau penampakan makhluk serupa Oarfish di danau-danau Cina telah dianggap sebagai penampakan naga.

Lalu, ada Fei Lung alias Naga Terbang. Naga ini memiliki sayap dan mengendarai awan dan kabut. Menariknya, nama ini juga digunakan untuk menyebut Pterosaurus dalam bahasa mandarin. Fei Lung mungkin adalah jenis naga yang sama dengan naga Eropa.

Penampakan Naga di dalam sejarah Cina
Jika sebagian Naga Cina bisa dikategorikan ke dalam makhluk Cryptid, pernahkah ada kesaksian mengenai penampakannya?

Jawabannya: Ada!

Sejarah negara Cina telah dimulai sejak ribuan tahun sebelum masehi. Dalam kurun waktu tersebut, para cendikiawan mendokumentasikan setiap peristiwa dalam catatan-catatan yang rapi, termasuk peristiwa terlihatnya naga di berbagai tempat di Cina.

Namun, peristiwa yang dituangkan ke dalamnya mungkin telah diinterpretasikan berdasarkan pemahaman dan kebudayaan bangsa Cina masa lampau sehingga sebagian kisah itu terdengar cukup mistis. Namun, kisah lainnya memiliki kemiripan dengan kasus perjumpaan dengan makhluk Cryptid.

Salah satu contoh peristiwa penampakan naga tercatat dalam buku Recording for the Jiaxing Regional Government yang menceritakan kalau pada bulan September 1588, seekor naga berwarna putih terlihat terbang di atas permukaan danau Ping di wilayah Pinghu, propinsi Zhejiang. Cahaya yang keluar dari naga putih tersebut begitu terangnya sehingga menerangi sebagian langit dengan warna merah yang terang benderang.

Dalam buku lainnya, Recording for the Songjiang Regional Government, disebutkan kalau 20 tahun setelah penampakan naga putih di danau Ping itu, seekor naga putih serupa juga terlihat terbang di atas sungai Huangpu di Songjiang, Shanghai. Naga itu terlihat pada bulan Juli 1608. Seorang saksi mata mengaku melihat seorang dewa sedang berdiri di kepala naga itu.

Kesaksian mengenai adanya dewa yang mengendarai naga tersebut adalah contoh kesaksian perjumpaan dengan naga sebagai makhluk spiritual. Di samping itu, ada kesaksian-kesaksian lainnya yang sama sekali tidak menyebutkan adanya dewa atau naga yang terbang. Kesaksian-kesaksian ini terdengar sangat mirip dengan kisah-kisah penampakan makhluk cryptid pada umumnya. Di bawah ini beberapa contohnya:

Pada tahun ke-24 masa pemerintahan Kaisar Jian'an dari dinasti Dong Han (219 Masehi), seekor naga berwarna kuning muncul di sungai Chishui di kota Wuyang dan berdiam disitu hingga sembilan hari lamanya sebelum akhirnya pergi. Setelah itu, para penduduk desa membangun sebuah kuil disitu dan sebuah prasasti dibuat sebagai penghormatan kepada naga tersebut.

Pada bulan April tahun 345 Masehi, tahun pertama pemerintahan kaisar Yonghe, dua ekor naga, satu berwarna putih dan yang lainnya berwarna hitam, muncul di gunung Long. Peristiwa munculnya naga ini membuat kaisar Murong dari kerajaan Yan memimpin sejumlah pejabatnya menuju gunung itu untuk melihat naga-naga tersebut. Ketika sampai disana, mereka mengadakan upacara keagamaan pada jarak 200 yard dari kedua naga tersebut.

Ratusan tahun kemudian, di gunung yang sama, seekor naga kembali muncul. Peristiwa ini dicatat dalam buku History of the Yuan Dinasty:
"Pada bulan Juli, tahun ke-27 masa pemerintahan kaisar Zhiyuan (1290 Masehi), seekor naga muncul di dekat gunung Long di wilayah Linxong, propinsi Shandong. Naga itu mampu membuat sebuah batu besar melayang di udara."
Tidak ada penjelasan lebih lanjut mengenai bagaimana cara naga tersebut membuat batu besar itu melayang.

Tahun 1162, seekor naga mati disebut ditemukan di danau Taibai. Naga ini memiliki sungut yang panjang dengan sisik yang besar. Punggungnya berwarna hitam sedangkan perutnya berwarna putih. Di punggungnya ada sebuah sirip, sedangkan di kepalanya ada dua tanduk besar. Karena makhluk itu mengeluarkan bau yang tidak sedap, para penduduk kemudian menutupinya dengan matras. Otoritas setempat pun segera memerintahkan pengadaan upacara sembahyang di lokasi itu. Satu hari setelah penemuan itu, bangkai naga itu hilang entah kemana.

Kesaksian lainnya dicatat oleh buku Recording for the Lin'an Regional Government yang menceritakan kalau pada tahun 1631, tahun ke-4 masa pemerintahan kaisar Chongzhen, seekor naga besar terlihat di sebuah danau di propinsi Yunan. Karena kemunculan ini, danau tersebut kemudian diberi nama Yilong yang berarti danau naga misterius. Nama ini masih digunakan hingga sekarang.

Buku lainnya, Amanded Recording of the Tang Dinasty, mencatat peristiwa penemuan seekor naga mati berwarna hitam di teritori Tongcheng. Peristiwa ini terjadi pada tahun terakhir pemerintahan kaisar Xiantong. Menariknya, buku ini memberikan deskripsi yang cukup detail mengenai naga tersebut. Disebutkan kalau panjang naga itu adalah sekitar 30 meter dimana setengahnya adalah ekornya. Ujung ekor naga tersebut pipih, sisiknya seperti ikan dan di kepalanya tumbuh dua tanduk. Sungut di samping mulutnya memiliki panjang 6 meter. Kakinya yang tumbuh di perutnya memiliki lapisan berwarna merah. Deskripsi ini sangat mirip dengan gambaran naga Cina klasik.

Buku Seven Books and Scriptures tulisan Long Ying juga mencatat peristiwa penemuan naga yang terjadi pada tahun terakhir pemerintahan kaisar Chenghua dari dinasti Ming. Naga itu ditemukan di pantai Xinhui, propinsi Guangdong. Nelayan yang melihatnya memukul makhluk itu hingga mati. Panjang naga tersebut kurang lebih 10 meter dan terlihat mirip dengan naga dalam lukisan-lukisan klasik. Kisah ini cukup aneh karena seorang nelayan yang melihat naga umumnya tidak akan memukulnya sampai mati, mengingat bangsa Cina sangat menghormati makhluk ini. Mungkin makhluk itu mengganggu sang nelayan, namun kita tidak bisa memastikannya.

Buku History for the Yongping Regional Government mencatat kalau pada musim semi tahun ke-19 masa pemerintahan kaisar Daoguang (1839), seekor naga ditemukan di pinggir sungai Luanhe di wilayah Laoting. Bangkai naga itu terlihat dikerubungi oleh lalat dan belatung. Penduduk lokal kemudian membangun sebuah tempat perlindungan untuk melindunginya dari sinar matahari langsung. Mereka juga menyiram air dingin ke tubuhnya. Legenda menyebutkan kalau tiga hari kemudian, Naga itu kembali hidup dan pergi begitu saja.

Peristiwa termodern yang menyangkut penemuan naga adalah yang terjadi pada Agustus 1944. Seekor naga hitam diberitakan jatuh ke tanah di desa Weizi di halaman rumah keluarga Chen, sekitar 9,4 mil barat laut wilayah Zhaoyuan, di sebelah selatan sungai Mudan di propinsi Heilongjiang. Naga hitam itu ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa. Para saksi mata mengatakan bahwa makhluk ini memiliki tanduk di atas kepalanya dan sisik yang menutupi seluruh tubuhnya. Makhluk itu memiliki bau seperti ikan yang menarik lalat untuk mengerumuninya.

Dari semua kesaksian itu, muncul satu pertanyaan yang menarik. Jika Naga yang disebutkan dalam sebagian kesaksian tersebut adalah hewan yang nyata, maka hewan apakah yang memiliki tubuh seperti ular, bertanduk, berkaki dan memiliki sungut di sisi mulutnya?

Itulah misterinya.

(wikipedia, theepochtimes.com)

cerita : NAGA DI LANGIT HIMALAYANA



NAGA DI LANGIT HIMALAYANA

Pada tanggal 22 Juni 2004, seorang fotogtafer amatir sedang mengadakan perjalanan menuju wilayah Amdo di tibet untuk menghadiri perayaan pembukaan jalur kereta api Qinghai-Xizang. Kemudian, Setelah menghadiri acara tersebut, ia naik pesawat pulang dari Lhasa. Ketika pesawat itu melintasi pegunungan Himalaya, ia mengambil kamera dan memotret langit Himalaya yang indah. Tanpa disadarinya, fotonya menangkap dua objek berbentuk naga didalamnya. Ia menyebut objek itu "Naga Tibet".


Apabila kita melihat foto tersebut, kita dapat melihat dua objek yang berbentuk badan ular dan tertutupi oleh sisik. Walaupun foto itu tidak menangkap objek tersebut secara lengkap, namun cukup untuk menduga bahwa dua objek tersebut adalah citra dari dua ekor naga raksasa yang sedang terbang diatas langit diantara awan-awan. Foto ini kemudian diposting di forum-forum berita di internet seperti Baidu.com dan Epochtimes.com, dua diantara media terkemuka di Cina. Dan seperti sudah diduga, foto ini menimbulkan banyak diskusi dan perdebatan di dunia maya. Seorang pria berkomentar,"Tidak heran, Cina adalah tanah air dari naga ! Alam sungguh-sungguh misterius."

Dalam kebudayaan Cina, Naga adalah makhluk misterius yang diakui turun-temurun sebagai simbol bangsa Cina. Dalam catatan-catatan dinasti kuno Cina, naga dikatakan sering muncul ketika terjadi pergantian dinasti-dinasti di bumi. Apakah makhluk ini benar-benar ada, masih belum ada yang bisa menjawabnya. Namun dalam catatan-catatan Cina kuno, terdapat banyak kesaksian dari orang-orang yang mengaku pernah menyaksikan naga mistik. Salah satu yang paling misterius dari peristiwa yang pernah dicatat adalah peristiwa "naga yang berjatuhan". Tercatat bahwa terkadang masyarakat dapat menyaksikan adanya naga yang jatuh ke tanah dalam kondisi tertentu.

Peristiwa termodern menyangkut peristiwa ini adalah pada Agustus 1944. Seekor naga hitam diberitakan jatuh ke tanah di desa Weizi di halaman rumah keluarga Chen, sekitar 9,4 mil barat laut wilayah Zhaoyuan, di sebelah selatan sungai Mudan di propinsi Heilongjiang. Naga hitam itu ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa. Para saksi mata mengatakan bahwa makhluk ini memiliki tanduk di atas kepalanya, sisik yang menutupi seluruh tubuhnya dan memiliki bau seperti ikan yang menarik lalat untuk mengerumuninya.

"Naga Tibet" sepertinya tidak akan berhenti membuat kita bertanya-tanya. Apakah makhluk misterius tersebut benar-benar ada? (^^)